EDHY WATAMPONE SEJARAH

raja bone

Arung Palakka
Pahlawan kemerdekaan tana Bone
Nama lengkapnya ialah LATENRI TATTA TOUNRU DAENG SERANG, dengan berbagai gelar seperti : PETTA TORISOMPAE, MALAMPE’E GEMMENNA, DATU TUNGKENNA TANA UGI, Raja Bone ke-15 Matinroe Ri Bontoala Kabupaten Gowa.
Silsilah keturunannya adalah : Lamakkarodda MabbeluwaE Datu Soppeng Rilau kawin dengan We tenripakkua putri dari LAULIO BOTE’E Raja Bone ke-6 MatinroE Ri Itterung . Dari Perkawinan ini lahirlah We Baji LebaE Ri Mario Riwawo kawin dengan LATENRIRUWA Raja Bone ke-11 MatinroE Ri Bantaeng lahirlah We Tenrisui Datu Mario Riwawo , lalu We Tenrisui Datu Mario Riwawo kawin dengan La Pottobune Arung Tana Tengngae Datu Lompulle (Soppeng) lahirlah antara lain : LA TENRI TATTA TOUNRU ARUNG PALAKKA Raja Bone ke-15 sekitar tahun 1635.
Dengan demikian berdasarkan urutan keturunannya maka LA TENRITATTA ARUNG PALAKKA adalah seorang bangsawan atau pangeran keturunan Kerajaan Bone dan Soppeng.
A. Bone Dibawah kekuasaan Gowa
Diriwayatkan bahwa setelah kekalahan Raja Bone ke-13 LAMADDAREMMENG pada peperangan yang beliau pimpin sendiri melawan Gowa pada tahun 1643 dan ditangkap di Cimpu (Daerah Luwu) sebagai tawanan perang , lalu dibawa ke Gowa dan diasingkan ke Sanrangeng. Sejak kekalahan Raja Bone LAMADDAREMMENG dan saudaranya LA TENRIAJI TOSENRIMA di Pasempe, maka keluarga LA TENRITATTA TOUNRU ARUNG PALAKKA menjadi tawanan perang bersama rakyat Bone dan Soppeng. Selama dalam tawanan keluarga LA TENRITATTA TOUNRU ARUNG PALAKKA (Nenek dan Orang tuanya) langsung dibawah pengawasan Karaeng PATINGALLOANG (Perdana Menteri Kerajaan Gowa) . Karena LA TENRITATTA TOUNRU ARUNG PALAKKA memiliki kelebihan dari kawan-kawan sebayannya akhirnya mendapat perhatian dari majikannya dan diangkat menjadi Pembawa Puang, kemudian menjadi pengawal pribadi pada usia kira-kira 9 Tahun.
Kekalahan LA MADDAREMMENG dalam perang seperti telah disebutkan diatas, berarti kedudukan Raja Bone sudah kosong. Mulai Tahun itu Bone dijadikan Kerajaan jajahan oleh Gowa, sebagimana tersebut dalam lontarak : Naripuantana Bone Seppulo pitu taung ittana . Artinya : Maka diperbudaklah / diperhambalah Bone 17 Tahun lamanya. LAMADDAREMMENG diperangi dan dibuang, karena berusaha menegakkan ajaran Islam yang diserukkan sendiri oleh Raja Gowa, termasuk larangan adanya perbudakan dengan prinsip bahwa semua hamba sahaya harus dimerdekakan. Budak yang
diperkejakan harus diberi upah yang sama dengan pekerja lainnya. Sementara Gowa mempertahankan keberadaan budak-budak untuk dijadikan laskar dimasa perang dan pekerja dimasa damai.
Disini tampak perbedaan kepentingan antar Raja Bone dan Gowa dalam menerapkan ajaran Islam dalam kehidupan masyarakat. Dalam tahun 1644 Kerajaan Bone resmi dibawah kekuasaan Gowa sebagai jajahan, atau bisa disebut daerah protektorat ( Protectorate ) . Demikian pula Gowa telah melaksanakan peraktek penjajahan atas Bone , yakni dengan memerintahkan Dewan Pertimbangan Bone ( Hadat Tujuh Bone ) untuk memilih dan mengangkat Wakil Pemerintahan Gowa di Bone.Atas pilihan hadat tujuh Bone dengan persetujuan Raja Gowa SULTAN MALIKUL SAID diangkatlah TOBALA ARUNG TANETE RIAWANG menjadi Jennang Bone.
Perubahan status kekuasaan politik Bone tahun l944 itu, merobah status kehidupan sosial rakyat bone. Elite Politik, Bangsawan, dan rakyat Bone merasakan perubahan itu sebagai suatu penghinaan atas harga diri dan martabat mereka. Akibatnya meletuslah perang Pasempe tahun l646 dibawah LATENRIAJI. Dengan jiwa Patriotik rakyat Bone bertekad membela kemerdekaan dan kedaulatan negaranya, namun akhirnya terpaksa menyerah kerena kekuatan musuh jauh lebih besar.
Bahkan Gowa tetap tidak mau memahami tuntutan jiwa dan semangat juang rakyat Bone yang menjunjung tinggi nilai kemerdekaan, walaupun dengan resiko pengorbanan materil dan jiwa raga yang besar.
B. Pengerahan tenaga Kerja dari Bone
Pada waktu terjadinya penyerahan tenaga kerja dari Bone sebanyak 10.000 orang yang dibawa oleh Jennang Tobala. LA TENRITATTA TOUNRU ARUNG PALAKKA langsung melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana penderitaan atau penyiksaan oleh para pekerja untuk menggali parit sebagai tempat pertahanan dan harus selesai dalam waktu kurang 40 hari. Menjelang beberapa hari bekerja siang malam dengan makanan seadanya , banyak diantara mereka yang sakit teruma anak-anak dan orang tua. Adapula diantaranya karena tidak tahan terpaksa melarikan diri. Bagi mereka yang lari dan ditemukan oleh Lasykar Gowa mereka disiksa setengah mati diperlakukan sebagai hewan dipaksa bekerja menurut kehendak orang tuannya . Karaeng KARUNRUNG sebagai arsitek dari penggalian ini bertambah marah dan berlaku keras, karena makin hari banyak pekerja melarikan diri. Ayah LA TENRITATTA sangat pedih hatinya melihat orang Bone dan orang Soppeng bekerja paksa dengan penderitaan yang menyedihkan, beliau mengamuk dihadapan SULTAN HASANUDDIN untuk membebaskan rakyatnya atau Sempugina (sama-sama orang bugis). Maka ia dibunuh dengan sangat ngeri oleh Algojo yang disaksikan oleh Karaeng KARUNRUNG, sebab berani menentang hanya karena melihat pekerja yang lari di hukum mati. LA TENRITATTA yang lazim disebut di Makassar dengan gelar DAENG SERANG, setelah menyaksikan pembunuhan ayahnya dan pekerja paksa dari Bone dan Soppeng, bersumpah akan menuntut “ Utang darah dibayar darah “ atas kematian ayahnya dan Sempugi’na. Direncanakannya suatu pemberontakan secara besar-besaran untuk memerdekan Bone dari belenggu penjajahan Gowa. Usia LA TENRITATTA TOUNRU ARUNG PALAKKA sudah memasuki 25 tahun dan sudah dikenal oleh orang Bone dan Soppeng.
Mulailah LA TENRITATTA menggerakkan semua pekerja dan tawanan melarikan diri, sesuai dengan rencana berkumpul di Lamuru untuk konsolidasi , kebetulan Raja Gowa bersama petinggi Kerajaan menghadiri upacara pesta panen.
Sehingga pelarian yang telah direncanakan berhasil dengan lancar. Pertemuan mereka di Lamuru dilaporkannya kepada TOBALA di Bone dan DATU SOPPENG mengenai peristiwa tersebut, dan mengundang keduanya untuk berunding di Attapang dekat Mampu. Perundingan di Attapang ini telah melahirkan kebulatan tekad untuk menyatukan kekuatan Bone dan Soppeng melawan Gowa.
C. Upaya memerdekan rakyat Bone
Peristiwa pelarian para pekerja paksa dari Bone dan Soppeng, amat mengagetkan dan marah oleh Raja Gowa. Seketika itu pula memerintahkan Karaeng SUMALA untuk memburu dan menangkap LA TENRITATTA. Tiga hari berikutnya Lasykar Gowa sudah sampai di Lamuru. Lasykar LA TENRITATTA ARUNG PALAKKA berjumlah 11.000 orang dari gabungan Lasykar Bone dan Soppeng. Pada mulanya Lasykar Gowa terpukul mundur. Disinilah pertama kali LA TENRITATTA menunjukkan keberanian dan taktik perang yang dipelajarinya dari Karaeng PATINGALLOANG. Andaikata tidak datang bantuan dari Wajo membantu Gowa , maka Laskar Gowa akan kewalahan, karena memang Wajo pada waktu itu adalah sekutu Gowa. Lasykar Soppeng kembali menghadapi Lasykar Wajo, sehingga kekuatan Bone menjadi lemah. Dalam hal demikian, Lasykar Bone dibawah pimpinan TOBALA mundur ke Bone Utara (Timurung, Sailong, Mampu).
Pertemuan di mampu berlangsung dengan sengitnya. TOBALA yang berani menerobos ketengah peperangan, tiba-tiba seorang Lasykar Gowa berkuda berhasil menombak dan menetak kepalanya, sehingga TOBALA gugur pada tanggal 11 Oktober 1660. Lasykar Bone mulai kucar kacir atas kematian TOBALA. Menyebabkan LA TENRITATTA mengubah taktiknya dengan mengundurkan diri kepegunungan Soppeng-Tanete. Sejak tewasnya TOBALA, LA TENRITTA menjadi boronan Gowa.
Tak ada jalan lain bagi LA TENRITATTA, kecuali meninggalkan daerah Wajo dan Soppeng ke daerah pegunungan Tanete, namun Lasykar Gowa tetap mengejarnya dimanapun ia berada bersama pasukannya yang masih setia. Tujuan Gowa adalah menagkapnya, apakah hidup atau mati. Dipegunungan Ompungeng beliau bersembunyi atas perlindungan orang – orang Tanete. Hampir saja ia tertangkap, sekiranya tidak cepat meninggalkan pegunungan Ompungeng. Siasat perang gerilya menyerang dan mundur tak dapat dipertahankan lagi . Namun suara hati LA TENRITATTA tekadnya hanya satu : Lebih baik mati berkalang tanah daripada dijajah. Ihktiar dan upaya memerdekakan orang Negara Bone, tetap harus dijalankan dengan menempuh segala macam cara Budi luhur yang terbit dari hati nurani LA TENRITATTA tidak rela melihat bangsanya diperlakukan dengan tak senonoh adalah motivasi untuk meneruskan perjuangan sampai tetesan darah penghabisan.
Karena dirasakannya tak sejengkal tanah didaratan Sulawesi Selatan yang diizinkan oleh Gowa untuk hidup. Diputuskannya untuk meninggalkan Sulawesi Selatan bersama Lasykarnya yang setia sebanyak 400 orang menuju Pulau Boton.
Ternyata Sultan BUTON memberikan suaka politik kepada ARUNG PALAKKA walaupun mendapat Ultimatum ancaman serangan dari Gowa. Keberhasilan ARUNG PALAKKA mendapat suaka politik dari Sultan BUTON, adalah sukses awal pendekatan Diplomasi politik yang dicapai ARUNG PALAKKA dalam memperjuangkan kemerdekaan Bone dan Soppeng dari Gowa. Sukses awal ini dilanjutkan dengan pendekatan diplomasi politik dengan Buton, Ternate, dan Kompeni Belanda.
Langkah selanjutnya ARUNG PALAKKA dengan kawan-kawan kurang lebih 400 orang hijrah ke Batavia dan juga mendapat suaka politik dari Kompeni Belanda pada tahun l663. Persekutuan Bone dan Kompeni Belanda menjadi dasar kerja sama militer antara Bone dan Kompeni untuk melakukan serangan bersama terhadap Gowa.
Tanggal 2 Nopember 1666 di Batavia para anggota sekutu Kompeni merupakan formasi serangan bersama terhadap Gowa. Laksamana SPEELMAN sebagai Panglima perang Kompeni, ARUNG PALAKKA, Sultan MANDARSYAH dan Sultan BUTON masing-masing menjadi Komanda Lasykarnya. Tanggal 24 Nopember 1666 Angkatan Perang Sekutu ARUNG PALAKKA berangkat dari Batavia via Jepara menuju ke Sulawesi. Tanggal 19 desember 1666 pasukan ARUNG PALAKKA dan Laksamana SPEELMAN sudah sampai (berlabuh) di depan Benteng Somba Opu.
Pernyataan perang sekutu ARUNG PALAKKA terhadap Gowa dilakukan dengan pengibaran bendera merah dan tembakan meriam 3 kali ke arah Benteng Somba Opu pada tanggal 26 Desember 1666. kekuatan Lasykar ARUNG PALAKKA untuk serangan umum Somba Opu 10.000 personil karena di Bantaeng mendapat 1000 personil. Tanggal 4 Agustus 1667 ARUNG PALAKKA dan Laksamana SPEELMAN menetapkan formasi strategis untuk melakukan serangan umum terhadap benteng Somba Opu .
Tanggal 16 Agustus 1667 barulah melakukan serangan umum Benteng Somba Opu, Benteng Galesong yang dipertahankan 30.000 personil, pasukan elite yang dibawa Pimpinan Sultan HASANUDDIN sendiri. Benteng Galesong jatuh tanggal 22 Agustus l667 dengan korban dipihak Gowa 1000 orang. Begitu pula Angkatan Perang gabungan Kompeni, Bone, Buton dan Ternate menyerang Benteng Barombong dari darat dan laut, Barombong jatuh 22 September 1667, sementara Benteng Ujung Pandang di rebut ARUNG PALAKKA dan juga berhasil melakukan tipu muslihat kepada Karaeng BINAMU dengan Karaeng BANGKALA dengan janji imbalan mereka akan dimerdekakan dari Gowa, akhirnya Karaeng BINAMU dan Karaeng BANGKALA membelot ke kubu ARUNG PALAKKA dengan Lasykar 6000 personil.
Tanggal 7 Nopember 1667 ARUNG PALAKKA dan Laksamana SPEELMAN mengadakan serangan umum terhadap Benteng Panakukang dibawa Karaeng LENGKESE, Benteng Panakukang pun jatuh dan hancur sedangkan Benteng Somba Opu terancam kembali mendapat giliran serangan. Dalam keadaan genting itu ARUNG PALAKKA dan Laksamana SPEELMAN mengajukan usul seacefire kepada Sultan HASANUDDIN, dan Sultan HASANUDDIN dapat menerimanya.
Pada hari Jum’at tanggal 18 Nopember dilansungkan perjanjian Bungaya (Bongaisch Tractat) . Perjanjian Bungaya menetapkan 30 Pasal artikel sebagai pemenuhan tuntutan sekutu ARUNG PALAKKA dan Laksamana SPEELMAN. Meliputi masalah Militer, Politik, Ekonomi, sebagai sanksi kekalahan peran Gowa.
Adapun butir-butir penting isi perjanjian Bungaya untuk ARUNG PALAKKA yaitu :
1. Buton dibebaskan dari Gowa (Arikel-16)
2. Ternate di bebaskan dari Gowa, meliputi : Pulau Sula, Selaya, Muna Utara, dan lain-lain (Artikel-17)
3. Gowa melepaskan Bone, Luwu dan Soppeng (Arikel-18)
4. Mengakui melepaskan Raja Layu, Bangkala (Artikel-19)
5. Semua Negeri-negeri yang dikalahkan sekutu ARUNG PALAKKA, dari Bulo-Bulo sanpai dengan Bungaya menjadi milik Sekutu (Artikel-20)
6. Gowa akan melepaskan haknya atas Wajo, Bulo-Bulo, Mandar dan mereka perlakukan menurut kemauan sekutu.
Dengan perjanjian Bungaya mengakhiri perang Gowa dengan Sekutu (Bone, Buton, Ternaete, Kompeni). Maka tercapailah tujuan perjuangan ARUNG PALAKKA untuk memerdekakan Bone dan Soppeng dari Gowa, dan berakhirlah perang yang dilakukan terhadap Gowa. Namun perjuangan ARUNG PALAKKA untuk mempersatukan kerajaan-kerajaan di Sulawesi Selatan masih diteruskan dengan sistem pendekatan diplomasi, utamanya pendekatan perkawinan dalam rangka mempererat tali kekeluargaan dengan sistem kawin mawin antara Kerajaan Gowa, Luwu dan lain-lain.
Pada tahun 1972 ARUNG PALAKKA dinobatkan menjadi raja Bone ke-15 dengan gelar MANGKAU oleh Hadat Tujuh Bone, menggantikan LAMADDAREMMENG. Sementara ARUNG PALAKKA tetap mejadi koordinator pemerintahan kerajaan – kerajaan pendudukan. Bahkan Panglima tertinggi angkatan perang persetujuan kerajaan-kerajaan di Sulawesi Selatan dan tetap berkedudukan di Bontoala Ujung Pandang. Beliau ARUNG PALAKKA menduduki tahta kerajaan Bone selama 29 Tahun yaitu dari tahun 1667 sampai dengan 1696
KESIMPULAN :
Bone adalah sebuah Negara Kerajaan dengan status Nominal Indefendent State, Merdeka dan Berdaulat . Pemerintah Kerajaan Bone berdaulat penuh menentukan kebijaksanaan politik dalam dan luar Negeri Bone. Segala perjanjian yang dibuat oleh delegasi Bone dengan negara manapun adalah sah. Setiap intervention dari suatu negara terhadap masalah dalam negeri Bone, berarti suatu tindakan campur tangan negara lain terhadap Bone.
Bahwa dual alliance antara Bone dan Kompeni Belanda tahun l665, adalah suatu sukses kebijaksanaan politik luar negeri Bone dibawah ARUNG PALAKKA dengan pendekatan Diplomasi.
Dual alliance tersebut bertjuan mendukung perjuangan bersenjata rakyat Bone di bawah ARUNG PALAKKA sejak tahun 1660 dan juga lanjutan perjuangan bersenjata rakyat Bone dibawah LA TENRIAJI tahun 1664 terhadap Gowa yang sedang melakukan peraktek penjajahan atas Kerajaan Bone. Demikian pula tindakan ARUNG PALAKKA memimpin perjuangan pembebasan Kerajaan dan rakyat Bone dan Soppeng dari kekuasaan atau dengan kata lain penjajahan atau mungkin disebut pula perbudakan oleh penguasa Kerajaan Gowa tersebut, adalah tindakan “ KESATRIA” dan “ KEPAHLAWANAN “ , dapat diberi julukan bahwa : ARUNG PALAKKA adalah PERJUANGAN KEMANUSIAAN Pahlawan Bone Soppeng dan bukan PENGHIANAT BANGSA INDONESIA.
Karena siapa yang dihianati waktu itu belum terbentuk Negara Republik Indonesia .
Demikian sekelumit sejarah perjuangan ARUNG PALAKKA memerdekakan Tana Bone, WALLAHU WA’LAM